Beberapa orang berpendapat bahwa seseorang yang beribadah atau beramal shalih dengan niat mengharap syurga-Nya atau dihindarkan dari neraka-Nya,
adalah seseorang yang beribadah dengan pamrih.
Dan itu berarti tidak ada keikhlasan di dalam ibadahnya tersebut.
Imam Al-Ghazali berkomentar tentang orang yang seperti ini. Beliau mengatakan,
“… Adapun ibadah orang-orang ulil albab (yang cerdas) maka tidaklah melewati dzikir kepada Allah dan memikirkan tentang keindahan-Nya, maka mereka lebih tinggi derajatnya dari pada derajatnya orang-orang yang mengharapkan bidadari dan makanan di surga.” (Ihyaa Uluumid Diin 3/375)
Namun hal ini adalah pendapat yang terlalu berlebihan. Karena di dalam banyak ayat, Allah mensifati orang-orang yang mengharap syurga-Nya dengan sifat-sifat yang baik.
“Dan Jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mewarisi surga yang penuh kenikmatan.” (QS Asy-Syu’araa: 85)
“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali ‘Imraan: 191)
“Dan untuk yang demikian ituhendaknya orang berlomba-lomba.” (QS Al-Muthaffifin: 26)
Dan masih terlalu banyak ayat-ayat Al-Qur’an lainnya yang menjelaskan tentang kenikmatan-kenikmatan syurga.
Sehingga jika ada orang yang beranggapan bahwa mereka yang beribadah karena mengharap syurga adalah orang-orang yang bodoh,
maka ini seperti mengatakan bahwa Allah ingin menyesatkan hamba-hamba-Nya dengan iming-iming kenikmatan syurga. Begitu pula dengan siksa neraka.
==================
SudahPunya Software EnsiklopediFiqih Belum?
Yuk Dukung Program WakafnyaMenjadi Sponsor danDonatur.
>> Ensiklopedifiqih.com/CD-Gratis
Join Channel Telegram:
https://t.me/majelisensiklopedifiqih